Ilmu Budaya Dasar
Nusa Tenggara Barat ( Bima )
Suku Donggo dan Bahasa Indonesia
Fakultas ekonomi
Jurusan manajemen
Universitas Gunadarma
Nama
Rizki Agustina Dwi Utami
Kelas
1EA20
NPM
16211324
Pendahuluan
Sekian banyak sekolah dasar yang dibangun secara megah dan sarana- prasarana yang lengkap cukup memadai. Guru- guru yang berkompeten hampir setiap hari tidak pernah absen datang ke sekolah untuk mengajar murid – muridnya yang memiliki semangat luar biasa untuk belajar.
Namun pada kenyataan banyak sekolah dasar yang terdapat dipedalaman masih banyak yang buta huruf atau tidak bisa membaca maupun menulis. Dan telah kami ketahui banyak murid yang memprihatinkan dengan kondisi seperti ini.
Latar Belakang Masalah
Seperti yang kita ketahui keadaan sekolah dasar yang berada di ibu kota sangatlah berbeda dengan yang terjadi di sekolah dasar (SD) pedalaman. Di sekolah dasar ( SD ) pedalaman masih banyak masalah-masalah pendidikan yang menjadi penghambat suksesnya kegiatan belajar mengajar dan mencerdaskan anak bangsa diantaranya adalah masalah-masalah.
1. Sarana Prasarana Yang Terbatas
Banyak sekolah dasar di daerah pedalaman yang sarana dan prasarananya tidak memadai seperti bagunan yang tidak layak seperti dengan bangunandi perkotaan yang layak dengan bangunan permanen
2. Kurangnya Guru atau Tenaga Pendidik
2. Kurangnya Guru atau Tenaga Pendidik
Di pedalam guru sekolah dasar sangat kurang, banyak sekolah yang hanya memiliki 2 atau 3 guru saja bahkan hanya memiliki seorang guru.
3. Kondisi sosial ekonomi
Kebanyakan penduduk yang tinggal di pedalaman memiliki perekoniam keluarga di bawah rata-rata. Kondisi perekonomian orang tua akan berpengaruh terhadap pendidikan anak di daerah pedalaman.
Isi
Jika kita melihat buku ragam budaya di tanah air, tentunya kita akan mengetahui bahwa Negara kita tercinta ini Indonesia terdiri dari banyak suku dan budaya, salah satunya adalah Suku Donggo, suku yang mendiami wilayah Indonesia NTB ( Nusa Tenggara Barat ) Marilah kita tengok lebih dalam mengenai suku Donggo.
Suku Donggo adalah suku yang berada di wilayah NTB terletak di Bima.
Kota Bima, Nusatenggara Barat,memiliki sejarah dan tradisi yang cukup mengakar. Di antara tradisi leluhur yang dikenal adalah kerajinan tenun dan balap kuda atau pacuajara.
Kota Bima yang merupakan bagian dari Pulau Sumbawa, telah memiliki sentra kerajinan tenun sejak Kerajaan Bima berdiri abad ke-17. Pusat tenun dipusatkan di kawasan Rabadompu. Hingga kini jejak warisan tradisi itu masih hidup dan berkembang menjadi kebanggaan warga setempat. Harga sehelai kain tenun berkisar Rp 150 ribu hingga Rp 325 ribu.
Selain untuk melestarikan budaya nenek moyang, kerajinan tenun juga sebagai sumber penghidupan warga Rabadompu. Untuk memasarkan hasil karya mereka, kini telah dibangun koperasi di desa-desa. Produk tenun yang dikenal di antaranya kain sarung. Untuk selembar sarung proses pembuatannya mencapai 20 hari.
Sementara itu, motif tenun yang populer di antaranya suri kakandau atau tunas rebung dan gusuwarung. Motif suri kakandau sarat dengan sejarah perjuangan suku Bima saat melawan penjajah Belanda dengan menggunakan bambu runcing. Motif suri kakandau secara khusus digunakan untuk acara pernikahan. Sedangkan motif gusuwarung menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat Kota Bima yang mencari kepiting di pantai.
Keunikan Kota Bima lainnya, adalah balap kuda yang digelar setiap Ahad pagi. Pacuan kuda setiap Ahad ini termasuk kelas latihan untuk kelas yang lebih tinggi seperti tingkat pemerintah kota atau yang melibatkan semua kota/kabupaten di Pulau Sumba. Uniknya, dalam sesi latihan dan balap kelas yang lebih tinggi lainnya melibatkan joki anak-anak yang usianya tidak lebih dari 12 tahun.
Tempat pacuan kuda yang terkenal adalah di Arena Pacuan Kuda Panda. Biasanya lomba digelar setiap Agustus dan melibatkan ratusan kuda pilihan dari setiap pelosok Pulau Sumba. Lomba semakin meriah karena setiap kuda memiliki penggemar dan penggembira.
Kota Bima tentu saja tidak sekadar menyajikan budaya dan tradisi. Pesona laut dan eksotisme Kota Bima bisa menjadi wisata pilihan yang perlu segera menjadi agenda.
"Suku Donggo"
Mengenal bahasa sambori
Sambori adalah nama sebuah Desa di kabupaten Bima NTB. Desa ini terletak di sebelah tenggara Kota Bima dengan jarak tempuh sekitar 1 jam perjalanan dari pusat Kota Bima. Menuju desa ini, kita akan menikmati jalan yang berkelok dan tanjakan serta jurang-jurang terjal. Tetapi ketika kita berada di puncak, mata menyapu seluruh sisi Bima dengan keindahan panoramanya. Ada hamparan teluk Bima yang indah, tenang dan damai.
Sudah lama sebenarnya saya ingin mengunjungi Dana Donggo di Bima, disana konon hidup sebuah komunitas masyarakat yang memiliki keunikan tradisi tersendiri di antara Dou Mbojo pada umumnya. Dou Donggo biasanya dikaitkan dengan indigenous people dan sistem kepercayaan lama sebelum terbentuknya kesultanan Islam Bima. Saat ini Donggo hanyalah nama sebuah kecamatan di wilayah Kabupaten Bima.
Kerajinan tradisional di Donggo
Pada umumnya Kerajinan tradisional adalah proses pembuatan atau pengadaan peralatan dan perlengkapan hidup mencakup pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, alat-alat transportasi dan lain sebagainya. Proses pembuatannya harus berpedoman pada nilai dan norma budaya, sebab semua perlengkapan hidup yang dibuat, merupakan salah satu unsur budaya. Ketrampilan yang dimiliki oleh para pengrajin.
Geografis Kabupaten Bima
Kabupaten Bima terletak di bagian Timur Pulau Sumbawa Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), dengan posisi 117°40' sampai 119°10 BT dan 70°30' LS dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Laut Flores
- Sebelah Selatan : Samudera Indonesia
- Sebelah Timur : Selat Sape
- Sebelah Barat : Kabupaten Dompu
Luas Wilayah Kabupaten Bima adalah : 4.596,90 Km2 atau 22.5% dari total luas Propinsi NTB. Secara Administratif Kabupaten Bima terdiri dari 16 Kecamatan dan terdapat satu Kota Administratif yakni Kotip Bima. Semula hanya ada 10 Kecamatan, namun pada Tahun 2000 enam kecamatan mengalami pemekaran yang telah didefinitifkan Tahun 2001.
Yah dibawah ini yang termasuk kecamatan pada Kabupaten Bima :
- Ambalawi
- Belo
- Bolo
- Donggo
- Lambu
- Langgudu
- Mada Pangga
- Monta
- Sanggar
- Sape
- Tambora
- Wawo
- Wera
- Woha
- Palibelo
- Parado
Secara topografis wilayah Kabupaten Bima sebagian besar (70%) merupakan dataran tinggi bertekstur pegunungan sementara sisanya (30%) adalah dataran. sekitar 14% dari propinsi dataran rendah tersebut merupakan areal persawahan dan lebih dari separuh merupakan lahan kering.
Sistem kepercayaan suku Donggo.
Sulit sekali untuk memahami keyakinan orang Donggo, karena mereka begitu tertutup dan amat takut untuk memberi penjelasan mengenai apa yang mereka yakini. Hal ini tentu disebabkan karena banyak peristiwa agama telah berusaha untuk menanamkan pengaruhnya, terutama peristiwa 1969, peristiwa 1974, peritiwa 1979, belum lagi peristiwa yang terjadi pada masa pemerintahan Belanda. Tulisan-tulisan tentang keyakinan orang Donggo tidak cukup jelas, bahkan kadang-kadang tidak sesuai dengan apa yang mereka katakan. Misalnya J. Elbert (1912: hlm. 69) mencatat bahwa yang menjadi ncuhi hanya dari keturunan duna (belut), sedang P. Arndt (1952) mencatat bahwa dou deke (tokok) yang berhak menjadi ncuhi. Baik Elbert dan Arndt mencatat bahwa pada masa itu hanya terdapat 5 buah klen patrilineal yang exogam, sedang masyarakat sekarang mengenal lebih dari 13 buah klen. Jadi walaupun merek seolah-olah tidak berkembang dan tidak menjalankan kepercayaannya lagi, secara perlahan dan pasti mereka mengembangkan diri dengan klen winte yang menjadi pemimpin masyarakat.
Menurut orang Donggo, peradaban manusia dibagi ke dalam tiga zaman: xaman anfari (zaman manusia terbang), zaman moda (zaman manusia hilang) dan zaman made (zaman manusia mati). Nenek moyang mereka hidup dalam zaman moda, dan jenazah mereka tidak ada karena mereka tidak meninggal tetapi menghilang. Zaman sekarang merupakan zaman made, karena manusia meninggal dan jenazahnya dikubur.
Orang Donggo menjunjung tinggi lewa (atau dewa), yaitu kekuatan gaib yang ada di alam, seperti di gunung, di laut, di sungai, di langit dan di batu-batu besar. Selain itu mereka menghormati ruh nenek-moyang (ndoi) yang diyakini moyangnya ini tidak ada karena hilang di tempat-tempat tertentu atau berubah menjadi binatang dan benda-benda lainnya. Tem[at dan benda-benda tersebut dikeramatkan dan mereka menganggap dirinya keturunannya. Benda-benda totemnya ini disebut marafu arau rafi. Marafu-lah yang memelihara dan menjadi manusia dari pengaruh tidak baik. Apabila seseorang sakit, maka ia pergi ke rafu-nya untuk memohon pada ndoi agar ia cepat disembuhkan dari penyakit dan dijauhkan dari hal-hal yang tidak baik. Ndoi kedudukannya sebagai perantara pada dewa, oleh karena itu semua permohonan ditujukan kepada ndoinya agar disampaikan pada dewa.
Keunikan Rumah Tradisional Donggo
Bima dan Donggo memang unik. Meski berada dalam satu rumpun wilayah, namun adat dan budaya orang Bima dan Donggo memiliki perbedaan baik dari segi bahasa maupun adatnya. Menurut penelitian Antropologi, Orang-orang Bima(Mbojo) yang mendiami sebelah timur dan selatan teluk Bima merupakan keturunan campuran yang berasal dari Melayu dan suku-suku lainnya. Sedangkan orang-orang Donggo Ele( di gugusan pegunungan La Mbitu) dan Donggo Di (di gugusan pegunungan Soromandi) merupakan penduduk asli Bima yang telah menyinggir ke daerah pegunungan karena cenderung mempertahankan budaya leluhur.
Salah satu dari perbedaan itu adalah dari seni arsitekturnya yaitu rumah. Meskipun saat ini, bentuk-bentuk rumah di Donggo sudah jarang terlihat seperti bentuk aslinya dulu dan sudah mengadopsi model rumah seperti rumah orang-orang Bima dan rumah batu atau rumah permanen arsitektur masa kini.
Tetapi pada zaman dulu, Rumah Tradisional Donggo memiliki keunikan yang membedakannya dengan seni arsitektur Bima. Mereka menyebutnya dengan Uma Lengge. Ada juga yang menyebut dengan Uma Leme (Rumah Runcing) karena bentuknya mirip puncak gunung, yang berbentuk limas. Ada juga yang menyebutnya dengan Rumah Ncuhi( Kepala Suku).Karena disisi rumah tersimpan alat-alat persembahan dan kesenian. Keunikannya adalah atap dan dinding rumah merupakan satu kesatuan. Jadi atapnya juga berfungsi sebagai dinding rumah. Atap dan dindingnya terbuat dari alang-alang yang dirajut tebal. Bagian rumah berfungsi sebagai tempat tidur, berbentuk segi empat sama sisi ukuran 2 x 2 meter. Selain itu juga berfungsi sebagai tempat memasak, menyimpan padi dan segala jenis bahan makanan seperti padi dan palawija. Rumah bagian bawah( lantai) berfungsi sebagai tempat musyawarah keluarga baik dalam rangka upacara perkawinan, upacara adat maupun kematian.
Pintu rumah berada di bagian yang tersembunyi yaitu di pojok atau di sudut ruang atas. Tangga rumah tidak selalu dalam keadaan terpasang. Dalam kebiasaan masyarakat Donggo, ada sandi atau tanda yang diketahui oleh kerabatnya dari cara mereka menyimpan tangga. Apabila tangganya dibiarkan terpasang, berarti penghuninya telah pergi ke ladang dan akan kembali dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Apabila tangga disimpan agak jauh dari rumah, hal itu berarti penghuninya telah pergi jauh dan akan kembali dalam waktu yang lama. Apabila ada anggota keluarga yang meninggal, jenazahnya tidak boleh diturunkan melalui pintu dan tangga. Tetapi diturunkan melalui atap rumah. Di halaman rumah harus ada beberapa buah batu sebagai tempat tinggal roh leluhur yang sudah meninggal. Dan pada waktu tertentu diadakan upacara pemujaan roh yang disebut Toho Dore.
Antropolog Albert dalam kunjungannya di Bima pada tahun 1909 menamakan rumah tersebut A Frame (Kerangka Huruf A). Rumah seperti ini berfungsi sebagai penyimpan panas yang baik, mengingat daerah Donggo adalah daerah pegunungan yang berhawa dingin. Saat ini rumah seperti ini masih ditemukan di desa Padende dan Mbawa. Perlu upaya pelestarian agar rumah – rumah ini tidak hilang tinggal kenangan bagi generasi. Karena wajah Donggo adalah wajah Bima dengan segala keunikan dan romantika sejarahnya
SATUAN ACARA KERJA
SEKOLAH DASAR DONGGO 05
MATA PELAJARAN : Bahasa Indonesia
JENJANG : Sekolah Dasar
TINGKAT : 1 ( Satu )
TINGKAT : 1 ( Satu )
Minggu KE- | Pokok Bahasan | Tujuan Umum | Cara Pengajaran | ||
1 – 2 | Melengkapi Kalimat | Anak dapat belajar melengkapi kalimat dengan cara memperhatikan gambar dan kalimatnya. | Tatap muka dan Diskusi | ||
3 – 4 | Mengenal Benda | Anak dapat mengetahui benda-benda disekitarnya dengan cara memperhatikan gambar. | Tatap muka dan Games | ||
5 – 6 | Mengelompokan Makhluk Hidup | Anak dapat mengelompokkan makhluk hidup sesuai pertanyaan dan gambar yang tampil. | Tatap muka dan Games | ||
7 – 8 | Menyusun huruf | Anak dapat menyusun huruf dengan tepat. | Tatap muka dan Diskusi. | ||
9 - 10 | Menyusun Kata Acak |
| Tatap muka Dan Diskusi |
HARAPAN PENYELESAIAN TUGAS
Bagi Diri Saya Sendiri
- Saya dapat menjalankan tugas dengan baik.
- Tugas yang saya berikan berguna bagi peserta didik dan masyarakatnya.
- Peserta didik dapat memahammi dengan baik dan cepat tentang aplikasi
pelajaran yang saya berikan.
- Pesrta didik dapat menigkatkan program belajar / semangat yang ada.
- peserta didik dapat mendapatkan materi pembelajaran yang sama dengan
peserta didik di ibu kota dengan penerapan materi yang sama .
Bagi Anak Didik
- Siswa mapu memahami dengan baik dan benar tenytang apa pelajaran bahasa
indonesia itu.
- Siswa mampu ngeaplikassikannya kedalam kegiatan sehari-hari.
- Siswa dapat menciptakan niat belajar yang tinggi untuk mengubah hidup.
- Siswa dapat mengajak teman-temanya agar lebih serius dalam pebelajaran
Bagi Masyarakat Sekitar
- Dapat membuka kesadaran bahwa arti pendidikan itu sangatlah penting.
- Dapat menurunkan tingkat kebodohan yang ad adengan program baca tulis
- Masyarakat lebih dapat mengenal bahasa indonesia dengan baik dan benar
- Dapat menaikan taraf hidup dan pendidikan di negara kita tercinta.
- Dapat menciptakan masayarakat yang bertanggung jawab akan arti pendidikan
PENUTUP
Begitulah sedikitnya yang bisa saya bahas tentang tulisan saya kali ini yang bertopik kepada
Semoga bermanfaat bagi anda semua , dan dapat menggugah hati dan perasaan anda untuk menaikan taraf pendidikan yang ada di negara kita tercinta khususnya pada daerah daerah dinegari kita yang masih belum terjamah dengan cara anda masing-masing.
Begitulah sedikitnya yang bisa saya bahas tentang tulisan saya kali ini yang bertopik kepada
Semoga bermanfaat bagi anda semua , dan dapat menggugah hati dan perasaan anda untuk menaikan taraf pendidikan yang ada di negara kita tercinta khususnya pada daerah daerah dinegari kita yang masih belum terjamah dengan cara anda masing-masing.