16211324
4EA25
1. Teori
Utilitarianisme
merupakan bagian dari etika filsafat mulai berkembang pada abad ke 19 sebagai
kritik atas dominasi hukum alam. Sebagai teori etis secara sistematis teori
utilitarianisme di kembangkan Jeremy Betham dan muridnya, John
Stuart Mill. Mnenurut mereka Utilitarianisme disebut sebagai teori kebahagiaan
terbesar (the greatest happines theory). Karena utilitiarianisme dalam konsepsi
Bentham berprinsip the greatest happiness of the greatest number. Kebahagiaan
tersebut menjadi landasan moral utama kaum utilitarianisme, tetapi kemudian
konsep tersebut di rekonstruksi Mill menjadi bukan kebahagiaan pelaku saja,
melainkan demi kebahagiaan semua. Dengan prinsip seperti itu, seolah-olah
utilitarianisme menjadi teori etika konsekuensialisme dan welfarisme.
Menurut (Shomali, 2005:
11), Utilitarianisme terkadang disebut dengan Teori Kebahagiaan Terbesar yang
mengajarkan tiap manusia untuk meraih kebahagiaan (kenikmatan) terbesar untuk
orang terbanyak. Karena, kenikmatan adalah satu-satunya kebaikan intrinsik, dan
penderitaan adalah satu-satunya kejahatan intrinsik. Oleh karena itu, sesuatu
yang paling utama bagi manusia menurut Betham adalah bahwa kita harus bertindak
sedemikian rupa sehingga menghasilkan akibat-akibat baik sebanyak mungkin dan
sedapat dapatnya mengelakan akibat-akibat buruk. Karena kebahagianlah yang baik
dan penderitaanlah yang buruk.
Kebahagiaan tercapai
jika ia memiliki kesenangan dan bebas dari kesusahan. Suatu perbuatan dapat
dinilai baik atau buruk sejauh dapat meningkatkan atau mengurangi kebahagiaan
sebanyak mungkin orang. Prinsip kegunaan harus diterapkan secara kuantitatif,
karena kualitas kesenangan selalu sama sedangkan aspek kuantitasnya dapat
berbeda-beda.
Dalam pandangan
utilitarisme klasik, prinsip utilitas adalah the greatest happiness of the
greatest number (kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi sebanyak mungkin
orang). Hal ini dapat dipahami bahwa di mana kebahagiaan disamakannya dengan
kenikmatan dan dengan kebebasan perasaan sakit. Berkat konsep fundamentalnya
tersebut Jeremy Betham diakui sebagai pemimpin kaum Radikal Filosofis
yang sangat berpengaruh. Akan tetapi teori yang di usung Betham tersebut
mempunyai banyak kelemahan terutama tentang moralitas, sehingga para pengkritik
mencelanya sebagai pig philosophy; filsafat yang cocok untuk Babi. Salah paham
tersebut kemudian berusaha diluruskan kembali oleh pengikutnya, Jhon Stuart
Mill
Para utilitarian
menyusun argumennya dalam tiga langkah berikut berkaitan dengan pembenaran
euthanasia (mercy killing):
(1). Perbuatan yang
benar secara moral ialah yang paling banyak memberikan jumlah kenikmatan dan
kebahagiaan pada manusia.
(2). Setidaknya dalam
beberapa kesempatan, perbuatan yang paling banyak memberikan jumlah kenikmatan
dan kebahagiaan pada manusia bisa dicapai melalui euthanasia.
(3). Oleh karena itu,
setidaknya dalam beberapa kesempatan, euthanasia dapat dibenarkan secara moral.
Sekalipun mungkin
argumen di atas tampak bertentangan dengan agama, Bentham mengesankan bahwa
agama akan mendukung, bukan menolak, sudut-pandang utilitarian bilamana para
pemeluknya benar-benar memegang pandangan mereka tentang Tuhan yang penuh kasih
sayang.
Pada sisi lain, para
utilitarian menolak eksperimen2 saintifik tertentu yang melibatkan binatang,
lantaran kebahagiaan atau kenikmatan harus dipelihara terkait dengan semua
makhluk yang bisa merasakannya—terlepas apakah ia mukhluk berakal atau tidak.
Lagi2, buat mereka, melakukan hal yang menambah penderitaan adalah tindakan
imoral.
Istilah – istilah yang
kami dapat dari para ahli
Menurut (Salam, 1997:
76).
Utilitarianisme secara
etimologi berasal dari bahasa Latin dari kata Utilitas, yang bearti useful,
berguna, berfaedah dan menguntungkan. Jadi paham ini menilai baik atau
tidaknya, susila atau tidak susilanya sesuatu, ditinjau dari segi kegunaan atau
faedah yang didatangkannya
Menurut (Mangunhardjo,
2000: 228).
secara terminology
utilitarianisme merupakan suatu paham etis yang berpendapat bahwa yang baik
adalah yang berguna, berfaedah, dan menguntungkan. Sebaliknya, yang jahat atau
buruk adalah yang tidak bermanfaat, tak berfaedah, merugikan. Karena itu, baik
buruknya perilaku dan perbuatan ditetapkan dari segi berguna, berfaedah, dan
menguntungkan atau tidak
Menurut Jhon Stuart
Mill
sebagaimana dikutip
Jalaluddin Rakhmat Utilitarianisme adalah aliran yang menerima kegunaan atau
prinsip kebahagiaan terbesar sebagai landasan moral, berpendapat bahwa tindakan
benar sebanding dengan apakah tindakan itu meningkatkan kebahagiaan, dan salah
selama tindakan itu menghasilkan lawan kebahagiaan. Sedangkan kebahagiaan
adalah kesenangan dan hilangnya derita; yang dimaksud dengan ketakbahagiaan adalah
derita dan hilangnya kesenangan.
Menurut (Rakhmat, 2004:
54)
Utilitarianisme
merupakan pandangan hidup bukan teori tentang wacana moral. Moralitas dengan
demikian adalah seni bagi kebahagiaan individu dan sosial. Dan kebahagiaan atau
kesejahteraan pemuasan secara harmonis atas hasrat-hasrat individu (Aiken,
2002: 177-178).
2. Kasus/Artikel
Etika utilitarianisme
adalah teori etika yang menilai suatu tindakan itu etis apabila bermanfaat bagi
sebanyak mungkin orang. Pada saat ini, banyak sekali terdapat toko penjual
pulsa /counter pulsa di sekitar lingkungan tempat tinggal saya yang tentunya
banyak memberikan manfaat pada masyarakat sekitar. Namun dikala persaingan
dalam bisnis ritel semakin ketat, ada sebuah toko penjual pulsa yang memberikan
harga yang sangat murah dibandingkan dengan toko penjual pulsa/counter pulsa
lainnya.
3. Analisis
Di sekitar tempat tinggal saya ada sebuah cuonter pulsa yang
memberikan harga yang paling murah bila dibandingkan dengan counter pulsa
lainnya. Perbedaan harga ini sangat signifikan karena perbedaan harga pulsa dan
perlengkapan handphone seperti aksesoris di counter pulsa ini jika dibandingkan
pada counter pulsa lainnya bisa mencapai Rp 500-1000. Selain itu dibandingkan
dengan counter pulsa yang lainnya yang berada dilingkungan rumah saya, counter
pulsa ini lebih lengkap dengan produk-produk peralatan aksesoris handphone
mulai dari casing, case sampai charger berbagai macam handphone.
Jadi dapat disimpulkan
bahwa teori etika utilitarian menjelaskan bahwa suatu kegiatan bisnis adalah
baik dilakukan jika bisa memberikan manfaat kepada sebagian besar konsumen atau
masyarakat.
Salah satu contohnya adalah keberadaan counter pulsa yang
berada dilingkungan rumah saya, karena dengan keberadaan counter ini sangat
memberikan manfaat selain menjual pulsa yang lebih murah juga menjual berbagai
macam perlengkapan handphone yang lebih lengkap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar