tulisan 14
Dampak Perilaku Risiko pada Dinamika
Kredit Jangka Pendek
Hasil
perhitungan dampak parsial variabel perilaku
risiko pada dinamika kredit dalam jangka pendek dilihat pada Tabel 2. Hasil perhitungan dan
pengujian statistik menunjukan bahwa pada saat kebijakan moneter longgar
terdapat pengaruh yang signifikan dari persepsi risiko pelaku ekonomi sektor
perbankan (A) dan tingkat risiko sektor perbankan (DD) terhadap dinamika kredit
jangka pendek yang disalurkan oleh sektor perbankan (kecuali dampak variabel A untuk
Kredit Modal Kerja). Pada saat kebijakan moneter ketat hanya pengaruh variabel
tingkat risiko sektor perbankan dalam model kredit modal kerja yang signifikan.
Hasil ini mengkonfirmasi bahwa dalam jangka pendek terdapat pengaruh yang
signifikan dari variabel persepsi risiko pelaku ekonomi dan tingkat risiko
sektor perbankan pada dinamika kredit perbankan di Indonesia.
Selanjutnya,
berdasarkan arah koefisien dari hasil estimasi yang lolos uji statistik,
variabel persepsi risiko pelaku ekonomi di sektor perbankan memiliki dampak
negatif dan signifikan untuk dua jenis kredit (kredit investasi dan kredit
konsumsi). Secara ekonomi, pada saat berinteraksi dengan stance kebijakan moneter longgar, jika
terjadi kenaikan persepsi risiko pelaku ekonomi di sektor perbankan, hal
tersebut akan menurunkan persentase perubahan kredit yang disalurkan untuk
kedua jenis kredit tersebut, ceteris paribus. Implikasi hasil temuan ini adalah
perlunya pemahaman arah pergerakan tingkat persepsi risiko pelaku ekonomi di
sektor perbankan oleh pengambil kebijakan moneter saat menjalankan kebijakan
moneter yang ekspansif, karena jika terjadi peningkatan persepsi risiko pelaku
ekonomi saat kebijakan moneter yang dijalankan ekspansif, maka dampaknya akan
mereduksi atau bahkan membalikan arah dampak kebijakan moneter yang dijalankan
terhadap perekonomian melalui penurunan ekspansi kredit.
Selanjutnya,
variabel tingkat risiko sektor perbankan (yang berinteraksi dengan stance
kebijakan moneter longgar) memiliki arah pengaruh yang negatif dan signifikan,
yang berarti bahwa pada saat berlaku kebijakan moneter yang ekspansif, jika
semakin rendah risiko sektor perbankan (DD naik), akan menyebabkan turunnya
persentase pertumbuhan kredit perbankan yang disalurkan pada ketiga jenis
kredit, ceteris paribus. Implikasi
temuan empiris ini tidak sesuai dengan hasil analisis teoritis yang dilakukan
pada penelitian ini. Fenomena ini membutuhkan kajian yang lebih dalam untuk
penjelasannya. Penjelasan sementara dari kondisi ini adalah interaksi risiko sektor
perbankan yang pro-siklikal (+) dengan
kebijakan moneter yang bersifat kontrasiklikal (-), menyebabkan
pembalikan arah dari dampak positif penurunan risiko sektor perbankan terhadap
pertumbuhan kredit.
Argumen
awal yang mendukung penyebab terjadinya kondisi tersebut adalah sebagai
berikut. Pertama, adanya anomali dalam
industri perbankan Indonesia, dimana walaupun perbankan Indonesia cenderung
tidak efisien dan memiliki tingkat risiko tinggi, namun tetap memiliki margin
keuntungan yang cukup tinggi. Kedua, terkait dengan isu persistensi ekses
likuiditas dan perilaku pro-siklikal kredit yang disalurkan oleh sektor
perbankan (Bank Indonesia, 2010). Stance
kebijakan moneter longgar (forward looking) merupakan sinyal bagi pelaku
perbankan tentang arah pergerakan perekonomian yang cenderung memburuk.
Sehingga pelaku ekonomi di sektor perbankan cenderung tidak melakukan ekspansi
kredit, melainkan mempertahankan jumlah likuiditas dalam bentuk risk free
portfolio yang likuid. Ketiga, hasil temuan empiris terkait perilaku persaingan
dalam industri perbankan di Indonesia (Ariefianto, 2010). Penelitian ini
menemukan bahwa bank yang memiliki rasio non performing loan (NPL) tinggi, yang
berarti pada saat nilai DD nya rendah (risiko tinggi), cenderung melakukan ekspansi
kredit untuk menurunkan rasio NPL yang dimilikinya.
Kecuali
untuk dampak risiko sektor perbankan pada kredit modal kerja, dampak variabel
risiko tidak signifikan terhadap dinamika jangka pendek kredit yang disalurkan
perbankan saat kebijakan moneter ketat. Penjelasan untuk kondisi ini adalah
bahwa kebijakan moneter yang kontra siklikal mengindikasikan perekonomian yang
sedang booming saat kebijakan yang
dijalankan ketat, sedangkan persepsi risiko pelaku ekonomi dan tingkat risiko
di sektor perbankan cenderung rendah pada saat perekonomian sedang dalam
kondisi booming. Akibatnya, jika terjadi kenaikan persepsi risiko pelaku
ekonomi dan tingkat risiko di sektor perbankan pada saat kondisi ekonomi dalam
keadaan perekonomian baik, hal tersebut cenderung tidak mempengaruhi dinamika
kredit jangka pendek yang disalurkan oleh sektor perbankan. Hasil ini
mengindikasikan bahwa pengaruh perilaku risiko memiliki dampak yang tidak
linier pada saat kebijakan moneter ketat, atau bisa diduga perilaku risiko akan
mempengaruhi dinamika kredit jangka pendek jika melewati nilai threshold
tertentu (Li dan St-Amant, 2010). Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
memperoleh penjelasan dari fenomena tersebut.
Terkait
dengan dinamika kredit kerja modal, dampak tingkat risiko di sektor perbankan
signifikan, namun dampak persepsi risiko perlaku ekonomi tidak signifikan pada
saat kebijakan moneter ketat ataupun longgar. Hal ini kemungkinan dikarenakan kredit modal kerja
merupakan kredit yang bersifat hubungan jangka panjang antara bank dengan
nasabahnya. Dengan demikian, terjadi relationship banking pada kasus kredit
modal kerja, yang menyebabkan persepsi risiko pelaku perbankan terhadap nasabah
yang cukup baik dikenalnya bukan merupakan faktor penentu peningkatan
penyaluran kredit perbankan. Sebaliknya, tingkat risiko di sektor perbankan
merupakan faktor yang mempengaruhi dinamika kredit modal kerja jangka pendek.
Hal ini menunjukan adanya indikas i per i laku penawaran kredi t yang
cenderung turun saat perekonomian sedang dalam tekanan (saat
kebijakan moneter yang dijalankan longgar),sedangkan pada saat kebijakan
moneter ketat, kenaikan suku bunga kredit perbankan menurunkan tingkat
permintaan dari pelaku usaha terhadap pencairan kredit modal kerja.
Secara
keseluruhan, berdasarkan hasil temuan dan analisa empiris yang telah dilakukan,
tingkat risiko di sektor perbankan (yang berinteraksi dengan stance kebijakan
moneter) memiliki dampak yang signifikan dalam dinamika kredit perbankan jangka
pendek pada saat kebijakan moneter longgar. Pada saat kebijakan moneter ketat,
tingkat risiko sektor perbankan hanya signifikan untuk model kredit modal
kerja. Persepsi risiko pelaku ekonomi di sektor perbankan tidak signifikan
untuk semua jenis kredit pada kondisi stance kebijakan yang ketat, sementara
pada saat kebijakan moneter longgar dampaknya signifikan pada kredit konsumsi
dan kredit investasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar