tulisan 13
Indikator Stance Kebijakan Moneter
Agar
persamaan (II.12) dapat diestimasi, diperlukan indikator stance kebijakan moneter.
Stance kebijakan moneter yang digunakan sebagai variabel penjelas untuk
dinamika kredit perbankan jangka pendek dalam penelitian ini adalah selisih
antara tingkat bunga kebijakan aktual (SBI rate) dengan hasil estimasi
menggunakan aturan kebijakan moneter (Monetary Policy Rules). Mengikuti Juhro
(2009), dalam penelitian ini menggunakan data stance kebijakan moneter yang
diperoleh berdasarkan hasil estimasi terhadap persamaan empiris Taylor Rules.
Hasil estimasi Taylor Rules tersebut adalah hasil estimasi dari modifikasi
persamaan Taylor Rules klasik yang dikenal sebagai interest smoothing rules
sebagai berikut (Clarida, Galli,Gertler, (1997) dalam Juhro, (2009).
Selanjutnya
berdasarkan hasil estimasi yang tersebut, maka dapat diketahui suku bunga yang
disarankan oleh Taylor Rules. Sedangkan stance kebijakan moneter adalah selisih
antara suku bunga aktual dengan tingkat bunga yang diperoleh berdasarkan Taylor
Rules. Beberapa ekonom menggunakan bentuk yang berbeda sebagai ukuran stance
kebijakan moneter yang berbasiskan Taylor Rules ini. Penelitian ini menggunakan
dummy variabel sebagai cerminan stance kebijakan moneter ketat atau longgar.
Dalam hal ini, selisih suku bunga aktual dalam kisaran +/- 25 bps dianggap
mencerminkan stance kebijakan normal, sementara selisih lebih besar/kecil dari kisaran tersebut mencerminkan stance
kebijakan yang cenderung ketat/longgar.
Sebelum
dilakukan estimasi model empiris dan pengujian hipotesis, untuk menguji
keberadaan dan dampak resiko dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter
melalui jalur kredit perbankan di Indonesia, dilakukan pengujian terhadap
kelayakan data yang digunakan untuk diuji dalam model empiris yang
dispesifikasi. Pengujian yang dilakukan adalah uji akar unit, uji keberadaan
kointegrasi atau hubungan dalam keseimbangan jangka panjang antara kredit dan
PDB. Pengujian stasioneritas data dan uji kointegrasi memberikan hasil bahwa
kredit dan PDB berkointegrasi, sehingga analisis dengan menggunakan model Error
Correction Model (ECM) dapat digunakan. Berdasarkan hasil uji kointegrasi
menunjukan bahwa ketiga jenis kredit (konsumsi, modal kerja, dan investasi)
memiliki hubungan jangka panjang dengan perekonomian. Dengan demikian, terdapat
hubungan jangka panjang antara kredit perbankan dengan perkembangan perekonomian.
Hasil analisis ini juga menjustifikasi keberadaan dampak ekonomi dari kredit
perbankan.
Tahapan
selanjutnya adalah melakukan analisis hubungan antara risiko dengan dinamika
jangka pendek kredit perbankan. Kemudian, berdasarkan dampak interaksi antara stance kebijakan moneter dengan variabel
risiko, dilakukan analisis keberadaan jalur risiko dalam mekanisme transmisi
kebijakan moneter di Indonesia. Hasil estimasi Vector Error Correction Model
(VECM) menyimpulkan bahwa kredit bukan merupakan variabel yang weakly exogenous
terhadap PDB, sehingga terdapat feedback yang terjadi dari perubahan kredit
terhadap dinamika PDB. Terkait dengan fokus penelitian ini, hanya temuan empiris mengenai endogeneity
dari kredit yang akan diulas secara lebih mendalam, sebagaimana disampaikan
pada Tabel 1.
Dari
Tabel 1 dapat dilihat bahwa seluruh koefisien penyesuaian jangka pendek menuju
keseimbangan jangka panjang (ECT/Error Correction Term) dalam ketiga model
kredit menunjukan tanda negatif dan signifikan pada tingkat keyakinan 99%.
Hasil ini bahwa model yang digunakan cukup stabil dan sesuai dengan pondasi
teoritis. Koefisien ECT untuk dinamika jangka pendek log PDB juga menunjukan
hasil yang positif dan signifikan. Sementara itu, dalam perspektif goodness of fit permodelan, koefisien
determinasi yang menunjukan nilai antara 0.33 sampai 0.52 cukup baik untuk
model yang menggunakan data first difference. Hasil uji F-statistik juga
menunjukan semua persamaan hasil estimasi signifikan pada tingkat keyakinan 99
persen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar